Menyingkap Peradaban Negeri Tiongkok


SEBAGAI tujuan wisata, Kota Beijing selalu memberi beribu pesona. Budayanya yang elegan semakin menarik, berpadu teknologi modern. Tak heran bila melancong ke kota ini tak pernah bosan.

Kota Beijing adalah kota kuno, pusat pemerintahan dan kebudayaan China dahulu dan sekarang. Sebagai ibu kota kuno, sejauh ini Beijing tetap memelihara sejumlah besar bangunan kuno dalam jumlah besar dan berbagai macam benda budaya sejarah yang menunjukkan tingginya peradaban di China. Beijing dahulu kala dikenal dengan sebutan Peking.

Selain Beijing, sasaran wisatawan mancanegara ke China adalah Kota Shanghai sebagai pusat bisnis. Dengan menumpang pesawat Cathay Pacific, saya berangkat ke Beijing melalui dua kali transit, di Singapura dan Hong Kong. Tepat pada pukul 08.30 malam, saya tiba di Capital International Airport di Beijing. Cuaca yang terasa di kota ini, din g i n dengan embusan angin yang kencang.

Kondisi bandara di sana mirip dengan di Jakarta. Banyak kuli angkut yang tanpa disuruh sudah mengangkat koper. Jadi siapkan saja uang kecil untuk tipnya. Saya memilih menggunakan taksi untuk perjalanan ke Hotel China People's Palace yang berada di jantung kota Beijing. Suatu pengalaman yang berharga ketika naik taksi di Beijing, agar jangan membuat kotor jok yang sebagian besar dilapisi sarung.

Pasalnya, sopir sangat marah. Setelah memberikan uang tambahan, barulah mereka berhenti mengoceh dalam bahasa Mandarin yang tidak kita mengerti. Perjalanan menuju hotel dari bandara ditempuh selama satu jam. Yang menarik selama dalam perjalanan, adalah bentuk jalan di Beijing yang lurus, jarang berbelok, serta lebar jalan utama yang bisa dilalui lima mobil, belum lagi tersedia jalur khusus untuk pengendara sepeda.

Seiring dengan terus berkembangnya reformasi dan keterbukaan, wajah Beijing mengalami perubahan dari hari ke hari. Pembangunan prasarana di kota sangat gencar dilaksanakan di setiap sudut kota. Keesokan harinya, saya dengan menggunakan bus umum ingin berekreasi berkeliling Kota Beijing. Bentuk bus di kota ini karoseri dan mesinnya buatan China, mirip dengan beberapa bus di Jakarta yang dibeli bekas dari China.

Bus kota di sana seluruhnya ber-AC dan hanya berhenti kalau kita menyetopnya di halte. Ketika saya naik, bus tersebut cukup penuh namun masih longgar untuk berdiri. Si kondektur mengambil uang logam dari tangan saya sebesar 5 RMB. Ongkosnya murah meriah. Setelah lima belas menit berjalan, saya melihat dari kejauhan lapangan Tian An Men yang luas dan ramai dikunjungi warga dan wisatawan. Kontan saya langsung turun ketika bus kota berhenti di halte yang terdekat,setelah melewatinya. Lapangan ini rupanya menjadi tempat hiburan dan rekreasi juga bagi masyarakat China.

Di tengah lapangan itu dibangun Tugu Peringatan Pahlawan Rakyat. Sementara di depannya (sebelah selatan) terdapat Gedung Peringatan Mao Zedong--proklamator RRC--yang diawetkan dalam kotak kaca. Lapangan Tian An Men sangat bersih. Pemerintah Beijing melarang keras segala macam atribut promosi, termasuk kendaraan yang melewati tidak boleh berhenti di sekitar lapangan ini. Di lapangan ini sangat terkenal dari dahulu hingga kini, yaitu ketika Revolusi Xianhai pada 1911 hingga 4 Juni 1989, ketika terjadi demonstrasi besar-besaran menentang paham otoriter. Di bagian timur lapangan terdapat pilarpilar tinggi besar yang menunjukkan kemegahan lapangan Tian An Men. Banyak pengunjung yang sengaja mengamati atau memandang sambil berfoto.

Setelah puas berkeliling di lapangan bersejarah tersebut, saya menyeberang ke Imperial Palace. Letaknya berseberangan dengan lapangan Tian An Men, yang dapat diakses melalui terowongan bawah tanah. Hawa angin berembus dingin membuat semangat makin keras untuk memasuki Forbidden City, atau Kota Terlarang yang tidak lagi terlarang itu. Setelah kita sampai di depan pintu gerbang Kota Terlarang, terlihat betapa besarnya bangunan tersebut karena pintunya saja sangat tinggi, besar, dan megah.

Kita harus membayar 15,00 RMB untuk memasuki Forbidden City. Terasa akan ada yang kurang tanpa mengunjungi kota ini bila datang ke Beijing. Situs UNESCO mencatat Forbidden City sebagai salah satu warisan sejarah dunia yang berdiri megah di areal seluas 720.000 m2 ,terdiri atas 980 bangunan, dengan 8.707 kamar--yang konon dulunya merupakan tempat para selir kaisar.

Kota Terlarang ini dikelilingi tembok tinggi yang tegar ber-warna putih kombinasi merah. Setelah memasuki Kota Terlarang, kita dapat membayangkan suasana ketika kaisar berkuasa. Saya menaiki bangunan pintu gerbang utama yang kelihatan banyak wisatawan berkumpul. Rupanya dari atas, pada bagian depan, kita dapat melihat langsung hamparan Lapangan Tian An Men yang luas dan dipenuhi orang yang sedang berkunjung. Sedangkan pemandangan ke dalam, kita dapat melihat gedung kukuh pada Kota Terlarang berlapis-lapis yang membentang dari selatan ke utara, sungguh pemandangan yang mengagumkan!

0 comments:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Praya, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
AKU tu orangnya gemana ya???? ga bisa ngenilai diri sendiri nieh, aku bilang ini, eh temen bilang itu, tapi aku tu ngerasa kalo aku oarangnya suka fun, bertengkar ga banget deh malleeeezzzzzz, suka dengerin music rnb and clubbing ria di kamar, suka banget nonton tv apalagi acra luar negeri ga ngebosenin.... aku tu ngarepin kalian pada nge follow aku .aku ku pengen banget punya temen yang banyak sekian about me,,, makanya jadi temen aku aja biar aku bisa cerita lebih panjang lebar lagi sapa ku ini..

Plurk On Me.,,.